Logo Pemerintah Provinsi Sumatera Barat - Guideline - Unofficial


Kali ini akan dikupas sebuah logo, yaitu Logo Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, yang kantornya juga tidak begitu jauh dari rumah penulis. 

Kenapa logo ini dibahas ?

Jawabannya adalah : Karena saat ini sedang senggang, sehingga ada waktu bagi penulis untuk membahas hal-hal yang dianggap sebagian orang tidak penting ini.

Logo Sumbar yang ditemukan online
Nah... Ini adalah Logo Pemerintah Provinsi Sumatra Barat yang penulis temukan secara daring melalui google pencarian dan bersumber dari situs wiki waka gitu.

Kalau kita perhatikan baik-buruk, terus pakai diperbesar atau dizoom-zoom, maka terkesan logo ini kurang rapih ya. 
  1. Kotak merah yang paling atas kayaknya tidak simetris atau tidak seimbang.
  2. Kemudian jarak garis-garis penutup tepi logo juga terkesan sembarang, jaraknya tidak sama kiri dan kanan. 
  3. Terus apa hubungannya semacam lemari warna merah di bawah atap bangunan rumah itu, dengan Provinsi Sumatra Barat ya ?
  4. Penulis yang kurang kerjaan ini, pun merasa perlu sedikit kegiatan, dan,
Mulai melakukan pengamatan, memandang, menganalisa, melakukan pencarian, baca-baca wiki, baca-baca waka, sampai waktu berlalu, apa yang dibaca tak terekam, apa yang dicari hilang lagi dan berlalulah waktu senggang, menjadi waktu daring baca-baca dan screenshoot

Tapi tak apalah, dibanding menghabiskan waktu lihat pemandangan dosa di tiktok, menghabiskan waktu lihat teman narsis di Instagram, baca berita perang di portal berita, browsing toke minyak goreng, atau lebih hancurnya lagi adalah menghabiskan waktu nonton youtuber main game.

dan....

Bertambahlah sedikit isi kepala ini dengan sedikit ilmu pengetahuan, yang kira-kira penulis gambarkan seperti di bawah ini:

Bagian-bagian logo Pemerintah Provinsi Sumatra Barat.

1. Tameng atau Perisai.

Tameng itu adalah sebuah alat pertahanan diri saat kita menghadapi bahaya, kira-kira seperti ini :

Ini Pak Polisi kalau lagi mengurus keamanan
dan ketertiban di negera kita,
supaya tidak kena timpuk botol aqua, pakai Tameng.

Ini Orang Papua, dalam beberapa photo di Internet
memperagakan tarian perang juga pakai Tameng.

Orang Suku Dayak di Pulau Kalimantan,
juga menggunakan Tameng

Namun, penulis yang pekak ini, tidak menemukan adanya orang Minangkabau yang identik sebagai orang Sumatra Barat, pakai tameng, baik setelah dicari pakai google, pakai bing, pakai google, pakai bing, cari sana, cari sini, yang dokumen orang minang menggunakan Tameng tidak ditemukan. Bahkan pada beberapa lukisan yang menggambaran Perang Padri yang "jaman katumba" pun tidak ada yang pakai Tameng.
Perang Padri tanpa pakai Tameng, mereka digambarkan pakai Tombak dan Pakai Sorban.

Ternyata... dan ternyata... Ada satu daerah di Sumatra Barat yang pakai tameng sebagai budaya dan alat perang, yaitu Suku Mentawai di Kabupaten Mentawai. Tameng itu mereka disebut koraibisst.. sst... ini kata wiki-waka ya..., katanya begini ; Tameng ini juga sudah langka, bahkan di daerah asalnya (metawai gitu lho), karena sejak awal abad 20, tidak ada lagi perang antar suku.

Ini adalah Tameng dari Sumatra Barat, dari suku Mentawai di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Photo lama dari museum orang Belanda, dengan penampakan orang Sumatra Barat, Suku Mentawai, menggunakan Tameng. (lihat di tangan Bapak yang di tengah ya...), perkiraan waktu Photo adalah waktu itu.

Mungkin saja, tameng inilah yang menjadi asal-muasal, dari penggunaan bentuk tameng pada logo Provinsi Sumatra Barat, karena selain mereka mirip, dengan jumlah sisi secara garis besar sama banyak yaitu lima bagian, dan bagian yang runcing sama-sama menghadap ke bawah. Jadi bolehlah tameng atau perisai ini, kita sebut dasar tamengnya ya... (penulis memaksa nih).

Selain itu, penggunaan Tameng pada logo Sumatra Barat, mungkin juga turunan dari tameng yang dikalungkan di Logo Burung Garuda, sebagai Logo Republik Indonesia yang tercinta. 

Pada bagian dada di logo Burung Garuda, ada Tameng jugakan. Yang berbentuk mirip-miriplah dengan tameng yang ada di logo Provinsi Sumatra Barat, terutama bagian atas yang datar, dan runcingnya juga mengarah ke bawah.

Jadi, (jadi lagi, jadi lagi...), penggunaan Tameng / Perisai pada logo Sumatra Barat, bukanlah mengada-ngada, memang sudah menjadi budaya di Sumatra Barat dari dulu kala, pakai Tameng. Walau penulis baru temukan adalah bukti kecil, yang penting ada... (Karena 2 alat bukti sudah cukup untuk diteruskan kepernikahan - he he he..... ).

Dan tentu saja perancang logo Provinsi Sumatra Barat, saat memikirkan dasar-dasar membuat logo ini menggunakan Tameng sudah mengacu kepada penggambaran budaya yang tepat dan akurat...

2. Rumah Gadang / Rumah Gonjong

Rumah Gadang adalah bangunan khas di Minangkabau, yang sangat unit dan menarik, serta tentu saja mahal dalam proses pembangunannya, dibandingkan dengan atap-atap bangunan yang banyak kita jumpai saat ini, menyebabkan jumlah bangunan Rumah Gonjong ini mulai berkurang, tinggal saja bangunan modern yang meniru-niru, menyerap-nyerap bentuk bangunan rumah gadang ini, tapi itu bukanlah rumah gadang.

Bagi yang membaca tulisan ini dan tidak tahu yang mana Rumah Gadang atau Rumah Gonjong, silahkanlah lihat-lihat agak lama photo-photo rumah gadang di bawah ini :



Logo Sumbar yang ditemukan online
Penulis tak habis pikir, apalah kiranya yang ada di benak perancang logo ini pada waktu itu, kenapalah dia memilih menggunakan rumah gadang dengan gonjong yang seperti ini, empat gonjong saja, dua di kiri dan dua di kanan. Bukankah banyak model rumah gadang yang besar-besar lain, yang ada di masa logo ini dirancang. Seperti yang ada pada photo di bawah ini :


Alangkah gagah dan elok bentuk Rumah Gadang dengan gonjong yang banyak, bentuk jendela yang tersusun cantik. Ntah apa, entah mengapa, dipilih rumah gadang dengan gonjong yang sedikit saja. Yang pasti, gambar bangunan yang ada di Logo Provinsi Sumatra Barat itu adalah bangunan asli dari Ranah Minang, bangunan orang Minangkabau, bangunan dengan atap Gonjong. Rancak bana...

Bahkan di "Pitih" 100 Rupiah edisi tahun 1978 ini pun, tukang gambanya memilih menggunakan rumah gadang yang banyak gonjong. Sementara di Logo Provinsi Sumatera Barat hanya ada empat gonjong saja. Entah mengapa.... Aku tak Berdaya.... (lirik lagu Iwan Fals...awas copyright).

3. Atap Masjid

Dalam logo Provinsi Sumatera Barat, ada penampakan Atap Masjid ya !. yang mana mas ?, yang mana?.
Logo Sumbar yang ditemukan online
Itu yang warna Putih, itu atap Masjid bro, tempat ibadah umat Muslim, masa sih ga liat ?.

Lebih parah lagi, ada pula komentar yang mengatakan; 

    Itu bukannya Pohon Natal ?, 
What ?

    Pohon Natal ?
What... ?

    Pohon Natal !
What..?

    Christmas tree !

ooh... iya ya... mirip-mirip juga, ada Bintangnya lagi, kan biasanya orang naroh bintang di puncak pohon natal, tapi apa iya ?

BUKAN... !, ITU ATAP MASJID !!!! TITIK.

Itulah.... itulah.... itulah... dan apalah...

Akhirnya penulispun jadi ragu-ragu pula, itu atap masjid apa pohon natal ? Makanya penulis mulai lagi merasa ada yang kosong di dalam kerangka kepala ini, perlu ditambah agak sedikit, pengetahuan tentang ATAP MASJID.

Hasil pencarian menggunakan om google dengan kata "atap masjid", penampakan halaman pertama, langsung bertemu bentuk atap masjid yang sama seperti di logo.

BENAR... ! itu adalah ATAP MASJID !!!, sekali lagi itu adalah ATAP MASJID !!!, jangan bantah !!. TITIK.

Mas, tapi logo itu yang bikin bukan orang jaman millenial mas, itu masih jaman-jamanan Titiek Puspa dan Bing Slamet mas, bukan jamannya Armada atau Alip Ba ta... masa iya, bisa-bisanya itu atap masjid....

MASIH MEMBANTAH !, lihat nih :

Ini adalah lukisan orang Belanda, tahun 1839, saat kakeknya Bing Slamet aja masih belum lahir.

Pada masa itu, masa-masa dimana terjadi Perang Padri, perangnya Tuanku Imam Bonjol, yang bentrok senjata sama orang Belanda (Ntah pakai tameng, ntah ndak). Gambar inilah yang mereka jadikan sebagai photo mata-mata oleh orang Belanda untuk menyerang pasukan pejuang. Diceritakan, kalau pasukan Tuanku Imam Bonjol itu memiliki tempat-tempat mereka selalu berkumpul, yaitu di bangunan masjid itu...   

Jadi mereka waktu itu belum ada Drone atau Google Earth, masih pakai gambar macam ini. Mereka atur strategi, formasi penyerang dan pasukan bertahan, semacam pertandingan bola elclasico, atau Adu Ayam, cuma mereka pakai Badia Balansa (Bedil Balansa = Senapan Laras Panjang asli buatan Masyarakat Minangkabau), sama pakai Ladiang (Golok) dan Ruyuang (Tombak).

eeeee, sudahlah makin kacau.

Cerita di atas pandai-pandai penulis saja itu menambah micin (ajinomoto, miwon, sasha, royko, dan saus tiram), biar cerita jadi indah dan menarik, yang jelas, gambar yang ada di Logo Provinsi Sumatra Barat itu, adalah Atap Masjid, tak usah bantah-bantah lagi. 

4. Bintang Segi Lima.

Ada banyak makna yang tersampaikan dengan menggunakan gambar Bintang pada sebuah logo. Dan ada banyak, sampai dengan sangat banyak, logo menambahkan gambar Bintang, dan semua memiliki makna sendiri-sendiri.

Kita mulai dari Lambang Bintang pada Logo Burung Garuda sebagai lambang Negara Republik Indonesia, yang bermakna kepada Ketuhanan yang Maha Esa, sila pertama pada Pancasila. Lambang Bintang bersinar di atas dasar Hitam, menggambarkan ke Esaan Tuhan. Artinya, Negara Indonesia adalah negara yang percaya hanya ada satu Tuhan, jadi agama yang memiliki Tuhan yang lebih dari satu, ya tidak diakui di Indonesia. Karena dasar negara adalah Ketuhanan yang Maha Esa.
Begitu juga pada Logo Departemen Agama di Republik ini, juga menggunakan satu Bintang berwarna kuning pada bagian atas Logonya. 

Makna logo Bintang pada logo ini juga sama dengan yang ada di Lambang Negara kita Republik Indonesia, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Mungkin inilah kenapa dulu waktu logo Provinsi Sumatera Barat dirancang dan dipakai, menggunakan lambang Bintang pada bagian atasnya. 

Namun penggambaran Bintang, terkadang tidak identik dengan ketuhanan semata, banyak lagi lambang-lambang yang mengadopsi lambang Bintang pada logo yang sama sekali tidak menggambarkan Ketuhanan, baik itu di Indonesia maupun yang bukan di Indonesia.

Misal pada logo minumam ber Alkocol berikut ini, tidak ada sama sekali makna tentang ketuhanan, walaupun pakai lambang Bintang, malah sekalian dilengkapi dengan tulisan Bintang, sama sekali tidak ada Agama, Tuhan atau apapun yang menyangkut dengan Religi di sini.

Mungkin saja makna Bintang di sini, ayo minum sampai mencapai Bintang, dan berbintang-bintang... (ha.. ha... ha... - ini baru lucu.)  atau karena memakai  warna merah pada logonya, sehingga tidak nyambung dengan ketuhanan.

Penggunaan Bintang dengan warna kuning, juga dipakai oleh negara Vietnam. 
Negara yang masih tetanggaan sama kita, di Asia, memakai bintang dengan warna Kuning di dasar merah.

Ketika di telusuri pakai google penelusuran dan bing search pada site-site yang berbahasa inggris dan bahasa indonesia, (tentu saja bukan web berbahasa Vietnam, karena penulis tidak pandai berbahasa Vietnam), mereka menuliskan kalau Bintang berwarna Kuning itu bermakna Sosialis Komunis yang memimpin negara tersebut. (waw..... waw.... gug... gug.... Bukan religikan ?).

Sedangkan untuk masyarakat di Sumatra Barat, sepertinya logo bintang ini tidak merepresentasikan secara jelas, karena telah disampaikan pada logo kenegaraan dan departemen agama. Begitu juga apabila kita kaitkan dengan budaya jaman dulu, di sumatra barat juga ada budaya bertatoo di kepulauan mentawai, namun juga tidak ada menggunakan lambang bintang.

Dan kalau kita searching di Google dengan kata kunci Bintang Minangkabau, malah yang keluar para Bintang yang tidak berhubungan dengan Logo Bintang di lambang provinsi tersebut.


Jadi dari beberapa yang kita baca, pastinya makna Lambang Bintang pada logo Provinsi Sumatra Barat adalah : apapun makna Bintang yang baik-baik saja, kalau mencakup ketuhanan itu baik, maka itu dipakai, kalau mencapai kesuksesan itu baik, maka boleh juga, jadi pandai-pandai pembuat logo saja. Memakai lambang bintang itu (ini rasa-rasa penulis saja....).

5. Gelombang Air - 3 Buah.


Gelombang air naik dan turun, berjumlah 3 buah, terdapat di Logo Provinsi Sumatra Barat pada bagian tengah. Lama pulalah penulis menatap gelombang ini, apalah gerangan maksud dari 3 gelombang yang sama di dalam logo ini.

Akhirnya, setelah melihat ke Wiki waka, ternyata itu adalah gambaran dinamika masyarakat Minangkabau sebagai penduduk asli dari Provinsi Sumatera Barat.
Dinamika, kalau menurut Wikiwaka, adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gaya dan torsi dan efeknya pada gerak. Pembahasan utama dalam dinamika ialah mekanika klasik yang berkaitan dengan hukum gerak Newton terutama pada sistem partikel. Konsep-konsep dasar dalam dinamika disusun oleh Isaac Newton.
Apapula lah hubungan hukum fisika ini sama orang dari Provinsi Sumatera Barat ? atau maksudnya orang Sumatera Barat adalah orang-orang terpelajar, sehingga sampai ke Lambang Provinsi pun, memakai rumus dan perhitungan Fisika semacam dinamika ini ?

BUKAN YANG ITU MAS BRO !!!!!!. - oke... ayo kita cari yang lain....

Yang ini mungkin betul, Dinamika Sosial. 

Bahwa gambar gelombang yang ada di logo Provinsi Sumatra Barat, menggambarkan Dinamika Sosial. Yaitu gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. (ini kata KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia dari website, karena penulis tidak punya kamus cetaknya).

Betul mas bro.... Orang Sumatera Barat, memang agak lain pula. Penuh dengan Dinamika; sebagian mau berkawin sama orang rantau, sebagian tidak. Sebagian pria minang tak mau berkawin sama wanita Jawa, karena takut nanti anak mereka tak bersuku, Mau ngaku jawa tak bisa, mau ngaku Minang tak bisa.

Woi .... itu kata siapa ?, banyak orang Pria minang kawin sama orang Jawa, bahkan orang bukan jawa pun ...,  

Iya, penulis kan bilang sebagian, makanya jadi dinamika... Dinamika Sosial. !.

Benar juga, ini benar, Masyarakat Minangkabau, sebagai penghuni terbanyak di Provinsi Sumatra Barat, memang penuh dinamika sosial, kalau tak percaya, cobalah... jadilah orang Minang. Asyik.

Tips - Untuk jadi orang Minangkabau tidaklah susah, cukup modal, cukup tampang, cukup viral, nanti berkawin sama orang minang, nanti jadilah dikau menjadi Samondo Urang Minang.
Makin tak jelas lah, tulisan di blog ini, dasar orang tidak ada kerjaaan..... betul...!.  kan sudah ditulis dari awal, kalau ada tulisan diblog ini, berarti penulis sedang tidak ada kerjaan. SEMPURNA.
Selanjutnya.... no. 6

6. Salempang / Selendang / Pita bertuliskan "TUAH SAKATO"

Tuah Sakato ini tidak ada di KBBI, ini pakai bahasa Minangkabau, yaitu bahasa tak resmi (bahasa daerah, yang tidak ada kamusnya, tidak ada standarnya, dan tidak ada pakemnya ), yang paling banyak dipakai di Provinsi Sumatra Barat, kalau bahasa resminya ya tetap Bahasa Indonesia. Karena orang minang, walau tidak ikut dalam deklarasi Sumpah Pemuda, tetap mengakui Bahasa Persatuan di Indonesia adalah Bahasa Indonesia. (kenapa nggak ikut?, ya karena sudah di wakilkan oleh Wong Sumatra, jadi mengapa lagi ada Wong Minang, ya kan ?) 

Walau kalau didengar-dengar, banyak orang minangkabau, pakai bahasa INDOMI, yaitu bahasa Indonesia ke Minang-minangan, semacam "Tolong saya Satu..." itu berasal dari bahasa Minang "Tolong Ambo Ciek...", "kira-kiro bagitulah, kalau Bahaso Minang ko, memang agak sering tacampua dengan bahasa bahasa yang lain"

Kembali ke TUAH SAKATO, ini menurut penulis saja ya. Karena penulis sehari-hari juga berbahasa Minang, Tuah Sakato kalau diterjemahkan kebahasa Inggris adalah "It's a Deal", kalau dibahasa Indonesiakan berarti ya ini hasil keputusan, atau ini hasil kesepakatan.

Semacam kata yang tegas, yang mengatakan bahwa Sumatra Barat memiliki motto, kalau sudah sepakat, harus dijalankan, karena IT'S a DEAL !!... ( ini versi penulis ya, yang tanpa ilmu apa-apa, berani nulis-nulis pula.... terserahlah, yang penting maknanya yang baik-baik).

Sayangnya, berbeda pula isi kepala Penulis agaknya dengan yang makna yang banyak beredar. Ternyata arti TUAH SAKATO adalah:  "Bagi Masyarakat Provinsi Sumatra Barat, kesepakatan itu adalah sesuatu yang bertuah"

Tapi kata-kata Bertuah ini, agak syirik-syirik tanggung pula rasanya. Segan pula awak jadinya sama motto nih. Macam Senjata yang Bertuah, macam Cincin Bertuah, yang sakti, tak tahu lah... tapi itulah tulisannya, TUAH SAKATO.  

NEXT....

Sampai di sini, sudah ada yang bosan, membaca tulisan ini ?, kalau belum, ayo kita lanjut. Karena sudah hampir pula penuh sebuah buku, belum juga cerita ini sampai pada intinya. Padahal, judul tulisan ini adalah Guideline... mana guidelinenya..?.

Itulah hebatnya tulisan ini, sebagai orang Sumatra Barat juga, membahas logo Sumatra Barat, yang banyak dihuni oleh orang Minangkabau, yang tentu juga penulis dari Minangkabau, Sama-sama tahulah kita, orang minangkabau itu sopan kalau menyampaikan, tutur halus berbahasa, bukan main hantam saja.

Sampai kering mata kalian membaca tulisan ini, itu baru pembukaannya saja dan sekarang kita masuk ke pembukaan yang ke dua (seperti melahirkan saja ya mas bro, ada bukaan, dari 1 - 10).

Guideline Logo Provinsi Sumatera Barat.

Apa itu Guideline ?, Panduan.... 

Guideline itu sama dengan Panduan, Guide itu Pemandu, Line itu Garis, Guideline berarti Garis Pandu. atau Panduan. Maaf penulis yang agak lama di luar negeri, harus menggunakan bahasa asing, semacam guideline, bukan apa-apa, bukan sombong, cuma belagak sedikit, biar terasa pula kepandaian penulis sama pembaca, sehingga tinggi pula penghargaan, tidak main cerca saja. 

Kenapa dengan Guideline atau Panduan ?, 

Supaya lurus tetap pada garis. Biar tak salah-salah. Macam garis-garis pada ayat Al-Quran itu, salah garis salah bunyi, salah arti, salah jalan, masuk neraka. Ngerti kan ?

Begitu juga dengan Guideline Logo, itu berupa panduan untuk membuat logo, supaya logo tidak salah bentuk, makna logo tetap terjaga, dan tidak banyak model logo yang bertukar-tukar. Kasihan kita sama anak cucu, kalau mereka nanti salah pula membuat gambar yang telah payah-payah kakek mereka perjuangkan, supaya logo itu menggambarkan budaya dan citra... (ko agak serius nampaknyo...).

Kalau Unofficial itu apa Mas Bro ? - Unofficial itu tanda kalau yang ada di tulisan ini bukan dari Kantor, bukan dari Kantor Gubernur, bukan dari kantor DPRD, atau dari Kantor Pak Lurah manapun. artinya, panduan yang ada di tulisan ini tidak dikeluarkan secara resmi oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Barat. Ini semua pandai-pandai penulis saja, tidak ada hubungan dengan release resmi logo Provinsi Sumatra Barat, karena guideline ini bukan dari pemerintah.

Di awal tulisan kan sudah penulis katakan, tidak ada yang penting di sini. Betul. Tidak ada yang penting disini, silahkan kabur.... Karena penulis ini juga bukan orang akademik, yang pandai membuat daftar pustaka berpuluh-puluh buku, cuma saja, penulis pandailah sedikit masalah desain-desain logo, dan sedang tidak ada kerja, maka keluarlah ide membuat guideline ini. 

Misalkan guideline ini cantik, terpakailah.. 
Kalau buruk, jangan diambil. 

Pakai yang cantik, tinggalkan yang buruk, 
Macam jiwa kalian kalau pulang sembayang.
Melihat tarompah rancak-rancak di halaman masjid, 
Kalian pilihlah nan rancak, 
sampai kaki ayam lah orang pulang sembayang. 

(canda nih... jangan serius kali.... ini hanya blog, awak yang punya akun, awak yang mengetik, awak yang bayar paket internet, awak yang mencari data, kalian pula yang marah ? a ... ?. baca aja, kalau suka, ambil, tak suka, tutup. ABIS PEKARA )

1. Membuat Perisai, atau menggambar Tameng.

Pebandingan Perisai Logo adalah 5:7

Perbandingan Perisan Logo adalah 5 berbanding 7, artinya logo ini memiliki lebar 5 Satuan dan tinggi 7 satuan. 

Angka 5 dan 7, atau 57,  ini memiliki arti bagi Provinsi Sumatra Barat, yaitu Undang-undang Darurat No.19 Tahun 1957, sebagai dasar pembentukan dan berdirinya Provinsi Sumatra Barat. Yang merupakan pecahan dari Provinsi Sumatera Tengah menjadi Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi dan Provinsi Riau. 

Jadi supaya anak cucu kita tidak lupa dengan sejarah, makanya diabadikan pulalah sedikit dalam angka tahun 57 itu menjadi perbandingan lebar dan tinggi logo.

Kalian tengok pada gambar di atas, lebar logo itu 5 kotak, tinggi logo itu 7 kotak, dan untuk membuat sudut perisai bagian bawah, pakai lingkaran dengan ukuran diameter sama dengan 1 kotak, seperti pada gambar. Maka di dapat bentuk perisai yang seperti itu, berdiri agak miring, seperti tonggak Rumah Gadang, yang juga agak miring, kira-kira 5 derajat lah, lebih kurang.

Kenapa bentuk perisainya seperti itu ?, segilima ?, balik lagi, balik lagi... itu segilima bentuk Tameng, mungkin mencontoh tameng dari suku Mentawai yang juga segi lima, mungkin meniru tameng pada dada Burung Garuda tapi pakai garis lurus, atau sengaja membuat tameng segilima, biar terdengar keren seperti gedung di Amerika yang gagah Pentagon, atau segi lima karena Pancasila terdiri dari lima sila. Pandai-pandai sajalah. Pilih...! Yang penting maknanya yang baik-baik saja.

Atau, bia rancak, bia Sakato, kita simpulkan saja, Tameng atau Perisai segilima itu bermakna bahwa Tameng Pelindung yang terdiri dari 5 sila, yaitu Pancasila. Asik kan...


Guideline untuk membuat garis garis pada tameng.

Buat garis di dalam garis Tameng / Perisai yang pertama tadi. di dalam yo !, dengan jarak 1/5 dari dari ukuran kotak-kotak panduan. Garis tersebut di buat dua kali. seperti pada Gambar di atas.

terus...., kenapa dengan 1/5 bukan 0.2 saja ?, 
    ya itu sama mas bro... ?, 

iya sama. tapi kenapa ?, kenapa tidak 1/4 atau 1/3 begitu ?. 
     Tidak ada apa-apa dengan angka 1/5, biar desain logonya mantap dan rapih saja, dan tentu sedikit matematika tidaklah masalah bukan ?. (biar terkesan keren dan terhitung rapih saja)



Selanjutnya, buat garis seperti seperti gambar di atas, ingat kalau lingkaran kecil yang jadi panduan itu adalah 1/5 dari ukuran kotak, dan beri warna Hitam, Putih, Merah dan Hijau.

Mulai nih, micin-micinnya logo, biar enak dan gurih.

Warna Hitam - pada bagian luar perisai, bermakna Pangulu atau pemimpin adat yang menjadi pelindung terluar, yang melindungi keseluruhan provinsi ini. Jadi di Provinsi Sumatra Barat, adatnya kuat, adatnya menentukan, dan semua orangnya beradat, banyak prosesi adat yang baik-baik saja, mulai dari adat nan taradat, adat istiadat, sampai dengan adat yang diadatkan. Lengkap dan Komplit.

Warna Putih - putih artinya bersih dan suci, belum ternoda. Yang mengambarkan hati, pikiran, jiwa dan keseluruhan watak orang Sumatra Barat, yang bersih, elok, berlaku sopan, tutur halus, wajah ayu, jiwa bersih, rajin kemesjid, pilihan pertama jadi menantu, rajin menabung dan semua itu digambarkan orang Sumatra Barat dengan warna putih yang ayu rupawan.

Warna Merah - ya pastilah Berani, kuat tegas, dan Merah. Kalau kalian macam-macam, dengan orang Sumatera Barat, kami kasih kartu merah. Atau bisa juga, Warna Merah berarti Sabar, karena kalau lampu merah, kita harus sabar menunggu, atau bisa-bisa berserakan melanggar norma, atau bisa-bisa kena tilang pula.

Warna Hijau - Warna hijau mengambarkan tanah yang subur, negeri yang indah, hijau elok rupawan, banyak hutan, banyak pertanian, dan banyak perkebunan, semuanya menghijau, dan bisa juga berarti ; Sumatra Barat ini sudah Hijau, kalau lampu sudah hijau, berarti ... silahkan jalan lagi.

Inilah hebatnya orang Sumatra Barat merancang logo buat provinsi mereka. Kalau kita tarik garis diagonal seperi pada gambar di atas, maka akan didapat sudut 45 derajat. Sebuat Golden Ratio dari logo ini, karena sangat susah sekali kita bisa menemukan sudut 45 derajat dalam sebuat perisai segi lima seperti logo ini.

Kenapa dengan 45?, lah... bukanya 1945 itu tahun lahirnya Republik Indonesia. kenapa ditaroh di dalam logo provinsi.

Bukan itu saja, mas bro... kalau kita lihat Akte Kelahirannya, Sumatra Barat ini lahirnya pada tanggal 1 Oktober 1945, katanya begitu... Makanya perancang logo yang waktu itu belum tahu dengan kapan hari lahir Sumatra Barat pun sudah siap siap... menyiapkan golden ratio 45 derajat dalam logo ini... 

(mungkin juga ya... atau ini pandai-pandainya penulis saja, sudahlah, yang penting... Cakep.)

2. Menggambar Bintang 



Kita lanjut dengan menggambar Bintang, bintang yang maknanya sudah kita bahas secara panjang kali lebar sama dengan luas, yang tidak akan selesai-selesai, maka keluarlah bintang yang agak unik ini, bukan bintang sembarang bintang, ini bintang khusus dibuat oleh perancang logo untuk Sumatra Barat.

Bintang pada logo ini, tidak seperti Bintang kebanyakan yang dipakai, bintang yang dibuat dari lingkaran, dan sepuluh garis, sehingga menghasilkan titik tengah bintang yang pas di tengah-tengah bintang, tidak berat ke atas atau ke bawah, tapek di tangah-tangah, yang tidak seperti Pentagram yang sering diperdebatkan, antara lambang kerohanian, atau lambang kesosialisan, tapi ini bintang yang baik, Bintang Sumatera Barat

Supaya bermakna, kita lihat kembali bintang yang terdiri dari Lima bagian yang keluar dan Lima bagian yang kedalam. Mungkin saja bermakna seperti nasehat Nabi Muhammad SAW dalam Hadist, yaitu Ingatlah lima perkara, sebelum datang lima perkara.

    [1] Ingat waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
    [2] Ingat Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
    [3] Ingat Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
    [4] Ingat masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
    [5] Ingat hidupmu sebelum datang kematianmu.

Nah... mantap kan... itu baru sesuatu yang bermakna, tak ada lawan, tak ada debat lagi... rancak gambar, rancak makna

Trus kenapa ada angka 36 derajat, itu apa pula maknanya ? itu bermakna kalau lingkaran itu terdiri dari 360 derajat. Makanya kalau dibagi 10, jadinya 36. Tandanya orang Sumatra Barat ini, pandai berhitung, pandai matematika. Dari logonya saja sudah ada ukuran matematikanya, bukan sekedar bikin-bikin saja. ( Betul tidak ...? )

3. Kita lanjut dengan menggambar Rumah Gadang di dalam Logo.


Tak pandailah penulis menerangkan, bagaimana menggambar gonjong itu pakai tulisan, kalian tengok sajalah gambar di atas, kalau perlu kalian zoom-zoom... sampai mengerti (kalau indak juo mangarati, telpon lah rs gaduik lai), kalau bentuk Gonjong di Logo Sumatra Barat itu, terukur, dan matematis, bukan sekedar digambar-gambar saja. 

Kalau sudah mengerti, katakanlah Salut, sama Bapak Ibenzani Usman, beliau ini yang merancang logo ini pada tahun 1971 (kalau ndak salah pulo), beliau adalah Guru Besar, di IKIP Padang, sekarang UNP. Jadi bukan penulis ya yang bikin logo ini. Penulis cuma berusaha memasuki alam saat beliau merancang logo ini, seperti apa mimpi beliau saat membuat logo ini,  dan sedikit micin dan bumbu-bumbu biar lebih baik saja dan terasa lebih sedap. 

Balik ke Gonjong di Guideline...
Kalau diperhatikan bentuk tiang rumah gadang pada logo, dengan posisi yang miring, dan pada tiang yang ujung di kiri dan kanan, tidak sampai ke bawah. Itu menggambarkan kehebatan arsitektur bangunan ranah minang, dengan tiang bangunan yang tidak tegak lurus, tapi agak miring, dan terdapat tiang yang menggantung tidak langsung sampai ke tanah.

Terus, gonjong yang 4 buah itu, bukan 6 atau lebih. Itu bermakna Rumah Gadang Bagonjong Ampek (Rumah Gadang Bergonjong Empat), yang merupakan merupakan milik kaum yang menjadi keturunan ninik mamak penyandang gelar sako Datuak Pangulu... Dan kenapa bukan lebih ?, karena yang lebih dari 4 itu, adalah rumah milik Bangsawan. Kalau kelasnya Provinsi, ya cukuplah 4 gonjong saja, kalau untuk negara bolehlah 6 atau lebih. Tapi jangan 2 gonjong, itu untuk rumah orang biasa-biasa saja (Orang biasa kok bisa bikin rumah gonjong, katanya mahal...). 

Berbanding Beda dengan Logo yang ada di Website Pemprov Sumatra Barat.

Tapi, mengapa pada logo yang banyak beredar dan dipakai pada gambar-gambar resmi, ada semacam lemari atau nakas, di bawah Rumah Gadang itu?, 

Bukan !, itu bukan lemari. Itu hanya pandai-pandai tukang cetak saja itu... biar cepat saja mengedit gambar, tak pakai ukuran, tempang-tempanglah, macam lemari jadinya, biarlah... , yang penting jadi...

Sebenarnya itu adalah tiang bangunan, seperti yang ada pada gambar Guideline di atas, ada tiang, warna merah (kenapa warna merah, jangan tanya lagi), miring macam tiang aslinya bangunan rumah gadang yang ada di Sumatra Barat. Pakai tiang yang besar, bulat bagian bawah, yang menyampaikan maksud, tiang bangunan rumah gadangtidak di tanam ke dalam tanah, tapi tertonggok di atas batu, ada yang sampai kebawah, ada yang menggantung. 

Gambar ini berubah menjadi semacam laci-laci meja nakas, lantaran kenakalan tukang desain yang pemalas saja ini, asal gambar saja tak pakai panduan, sayang kita... sudah capek-capek perancang bikin logo ini bagus-bagus, kita punya skil, tak digunakan untuk mempercantik, malah merubah jadi lebih tak bermakna... (sorry bro... kayaknya penulis mulai mengantuk nih... mulai mencerocoh tak tau arah... ). 

Kalaulah kita punya kekuatan dan sedikit kepandaian, berilah bentuk yang baik. Macam yang penulis punya bikin ini. jadi skil sikit, ada guna. Ada manfaat, walau tak ada yang bayar, tak ada yang suruh... kesadaran saja... karena penulis orang Sumatra Barat juga, yang elok dan baik hati, punya banyak waktu senggang, sampai sibuk pulalah memikirkan logo pemerintah ni.

lanjut....

Gonjong selain menggambarkan bangunan yang khas di Sumatra Barat, walau tidak diseluruh Sumatra Barat, karena tidak semua wilayah Sumatra Barat adalah ranah minang. Juga menggambarkan hal lain yang memiliki makna Musyawarah untuk mencapai kata Mufakat.

Bentuk gonjong yang mirip-mirip jauh lah dengan tanduk Kerbau, dikarenakan orang Minangkabau, selalu bermufakat sebelum melakukan sesuatu dan penggunaan kerbau atau banteng sebagai lambang musyawarah, juga dapat kita lihat, pada Lambang Burung Garuda sebagai lambang Negara Republik Indonesia, yang juga memiliki gambar Banteng.

Hampir sama makna, antara kedua logo ini, kalau di Logo Burung Garuda memiliki arti "Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat/Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan". Sedangkan di Sumatera Barat gonjong di artikan "Segalo Urusan Mustilah Barundiang" di singkat dengan SUMBAR.

Cuma... penulis agak bingung juga, Apa hubungan gambar Banteng dan Kerbau, dengan Permusyawaratan, atau Musyawarah dan Mufakat. 

Padahal, gambar kerbau, juga terdapat pada logo jaman dulu, saat orang Blando (Belanda maksudnya ini, orang minang bilang orang Belanda dengan sebutan Blando) masih berdomisili di daerah Sumatra Barat. Untuk Padang, yang menjadi pusat dagang saat itu, karena adanya Pelabuhan Taluak Bayur, juga ada lambang kepala Kerbau.

Cuma yang jelas, tak usah kita debat dulu, sampai dapat info lebih jauh dari orang yang bersekolah sejarah, kenapa gambar hewan yang suka "Bakubang" ini jadi lambang permusyaratan dan mufakat. 

Balik kita ke logo Sumatera Barat, dan mendalami ide kreatif perancang logo, menggunakan gambar Gonjong terserbut. Penulis dapat info tak pasti, perancang logo memberikan gambar Rumah Gadang, mencirikan Gedung Kantor Gubernur Sumatra Barat yang juga berbentuk Gonjong juga waktu itu (sekarang juga..., bukan waktu itu saja mas bro). Atau Perancang gambar ini cuma seorang artisan, yang mendapat permintaan untuk menampilkan gambar gonjong tersebut dalam logo, tanpa mengkaji bahwa di Sumatra Barat, Rumah Gadang bukanlah satu-satunya bangunan adat yang ada, karena ada bangunan dari Mentawai, dan bangunan Masjid yang lama lama lainnya, entahlah. 

4. Menggambar Atap Masjid bertingkat Tiga.


Sama seperti menggambar Gonjong sebelumnya, tengoklah gambar di atas. Bagaimana cerdiknya rancangan logo ini, dengan guidelinenya, (kalau tak nampak, di zoom lah sedikit). Dimana ujung atap Masjid tersebut tidak menyentuh Bintang, sehingga tidak lagi nampak seperti Pohon Natal yang diperdebatkan oleh orang orang macam tak ada kerja (saya juga). Tidak tinggi kurus, tapi melebar kebawah, karena Masjid, sebagai tempat ibadah populasi terbesar di Sumatra Barat, bangunannya rata-rata juga besar dan lebar. 

Kenapa pula harus tiga tingkat ?, apapula makna dibalik 3 tingkat ini. 

Pertama - Makna pandai-pandai penulis saja, mencari-cari, menghubung-hubungkan, serta menyelipkan micin dan veksin, pamasak randang, dan bumbu soto, maka menurut hemat penulis yang harus berhemat-hemat saat menulis blog ini, model ini :


Jika diperhatikan, terdapat 19 buah sudut di gabungan kedua atap bangunan di dalam logo ini.

Angka 19 bisa saja berarti 1945, tahun lahirnya Provinsi Sumatra Barat, bisa juga 1945 tahun merdekanya Indonesia, bisa juga Nomor UU darurat No. 19 tahun 1957, sebagai dasar pembentukan Provinsi Sumatra Barat.

Kalau lah betul, makna seperti ini, mantap betul perancang logo ini,, menghitung dan menyelipkan hampir semua makna angka-angka di dalam detail logo, bahkan sampai ke Jumlah sudut pun ikut di hitung, dicukup-cukupkan jadi 19, sehingga atap masjid itupun dibuat jadi 3 tingkat, bukan 4 atau lebih.

Kedua - Makna yang kedua ini, agak dalam. Karena terdapat 3 tingkat itu, adalah penyampaian 3 hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta, yaitu (1) hubungan dengan Tuhan sebagai makhluk ciptaannya, (2) hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial, dan (3) hubungan dengan alam semesta sebagai mahkluk Allah yang mengatur, memanfaatkan kekayaan alam yang terdapat di atasnya. (dalam kan... ini kajian yang mantap, bertambah pula lah sedikit ilmu dengan membaca sampai kesini).

5. Menggambar Salempang Bawah (Salempang = Selendang = Pita = Ribbon bahasa inggrisnya).

Untuk membuat salempang, digunakan lingkaran dengan diameter 1 dan lingkaran dengan diamater 4. Posisi seperti pada gambar. dan kemudian diberi warna Kuning. 

Kemudian tambahkan gaya selendang seperti lengkungan kain yang sedang bergulung :

 

Sebenarya, sampai pada gambar ini, pusinglah kepala penulis untuk membuatkan guidelinenya, tapi pandai-pandai sajalah, bikin semau saja, yang penting gambarnya semacam selendang warna kuning, yang melengkung di tengah arah ke atas, tanpa memakai garis hitam disekelilingnya. Cukup Warna kuning saja.


Kalau ada lah pembaca blog ini punya kepandaian lebih, dan waktu lebih, tolong luangkanlah sedikit untuk menyempurnakan guideline pada salempang ini, karena tiba pada bagian ini penulis agak kalimpasiang juga membuatnya.

dan untuk bumbu-bumbunya, belum ditambahkan di sini... BA 5413 A dulu.

6.  Panduan Membuat Gambar Gelombang pada Logo Sumatera Barat


Pada gambar di atas, seperti itulah penulis menggambar gelombang untuk logo ini. Pakai lingkaran dengan diameter 1, yang sama ukuran dengan kotak panduan, yang kita pakai dari awal. Habis itu, dipakai banyak-banyak lingkaran itu, sampai titik tangen lingkaran bertemu membentuk gelombang yang sempurna, tidak besar sebelah, dan sama besar gelombang naik dan gelombang turun. 

Kenapa pakai Lingkaran ?

Penggunaan lingkaran dalam mempola suatu gambar, bukanlah budaya asing di Sumatra Barat. Kita tengok ukiran-ukiran Minangkabau. Juga banyak yang menggunakan lingkaran sebagai pola awal dalam proses membuat polanya. 

Seperti ini pulalah kiranya, perancang logo ini waktu dulu, membuat bentuk gelombang yang ada di Logo Sumatra Barat ini, sehingga gelombangnya pun jadi cantik dan enak dilihat.

Dari hasil baca-baca penulis, yang banyak punya waktu senggang ini, belum bertemulah, berapa banyak gelombang seharusnya digambarkan pada logo ini, tapi, jika nanti jika penulis menemukan hasil yang baru, akan ditambahkan pada tulisan guideline ini. Untuk sekarang terima saja lah dulu, guidelinenya seperti ini, kita pakai Lingkaran dengan diameter 1 saja, yang sama dengan ukuran kotak kotak panduan dari awal pembuatannya.

Boleh Pakai Copy Paste, boleh pakai Kopi Hitam, atau Pakai Kopi Darat..

Habis dapat pola gelombang yang pertama, barulah dibikin gelombang yang kedua di atasnya, dan yang ketiga di bawahnya, dengan jarak 1/10 dari kotak panduan. 

Perhatikan gambar di atas, yang sebelah kiri, ada lingkaran kecik berwarna merah, itu besarnya 1/10 dari besar kotak panduan, kemudian dipotongkan ke dasar hijau itu, sehingga kesannya, warna hijau itu, diputus oleh 3 gelombang itu. ( lai mangarati ...? kalau ndak, kudok lah granat lai.)

Micin dan Bumbu Pamasak 3 Gelombang pada Logo Sumatra Barat.
  • 3 Gelombang seperti yang dikatakan di awal tulisan di atas, menggambarkan Dinamika Sosial masyarakat Sumatera Barat. - mantap.....
  • 3 Gelombang menggambarkan daerah di Sumatera Barat dibagi oleh 3 sumber air yaitu Sungai, Laut dan Danau. - Keren.... (Sumur tidak dihitung mas bro ? - sumur tidak !, kalau kita hitung sumur, maka tabek dan talago, tentu harus dibikin juga, penuh isi logo sama gelombang saja nantinya, segan pula kita....)
  • 3 gelombang menggambarkan tiga hal yang menentukan di Sumatera Barat yaitu Alim Ulama, Cadiak Pandai dan Dubalang. - Boleh juga... 
  • Mungkin juga meniru Logo PLN, yang ada 3 gelombang juga...
ntah apalah maksud 3 gelombang ini, termasuk pada logo PLN sebagai perusahaan listrik negara kita, juga pakai gambar tiga gelombang air.

mungkin saja ada makna yang lebih dalam, kenapa ada 3 gelombang dipakai pada sebuah logo, Penulis belumlah sampai kajiannya kesana.

macam logo litrik dan air di PLN ini juga...  ( apo iyo yo... ?)


Tapi yang jelas, guideline ini akan bermanfaat untuk menggambarkan gelombang pada logo ini, jadi gelombangnya jadi lebih rapih dan rancak, tidak tempang sebelah, tidak asal melengkung saja, karena gelombang kan harus ada ukuran yang pas, sehingga baru dikatakan sebagai gelombang.

7. Tulisan TUAH SAKATO.

Di dalam salempang kuning yang kita gambar sebelumnya, dipasang tulisan Tuah Sakato, yang mengikuti bentuk Salempang, tapi tetap setiap hurufnya itu berdiri tegak

Sebagusnya, kalau skala logonya dibuat besar, sempatkanlah memakai bentuk tulisan yang ada kakinya, macam di gambar di atas. Tapi kalau bidang skala kecil, sembaranglah, tulisan balok pun jadi, yang penting tetap 10 huruf, "Tuah Sakato". 10 Huruf saja jangan lebih... jangan menambah-nambah pula menjadi 11 atau 12 huruf, tetapkan saja 10 Huruf tulisannya "TUAH SAKATO".

Kenapa Tuah Sakato harus 10 Huruf ?, karena angka 10 adalah penggambaran Bulan ke 10, yaitu bulan Oktober. Sebagai Bulan lahirnya Kota Padang, berdasarkan kesepakatan yang menghasilkan kata mufakat, bahwa hari lahir Provinsi Sumatra Barat ditetapkan pada tanggal 1 Oktober 1945.

Tanggal 1 digambarkan dengan 1 buah Bintang, bulan Oktober digambarkan dengan 10 huruf Tuah Sakato, dan 19 digambarkan dengan jumlah sudut atap bangunan gonjong tambah atap masjid, serta 45 digambarkan dengan sudut perisai yang golden ratio, yang kita bahas di awal tadi.

Baaa ?????? mantap bukan ? rancangan logo Provinsi Sumatra Barat ini ?....

8. Tulisan SUMATERA BARAT.


Sama dengan tulisan Tuah Sakato, Tulisan Sumatera Barat, dibuat di dalam kotak merah di atas logo ya... itu adalah nama provinsinya, Provinsi Sumatera Barat.

Pertanyaan : Orang Sumatera Barat kurang pandai Bahasa Indonesia ya ?,  karena tulisan SUMATERA, tidak sesuai dengan KBBI. 

Ondeh Mande... iyo - Ternyata, kata Sumatera tidak baku, yang baku adalah Sumatra

Kok bisa, pemerintah menggunakan kata tidak baku?  Bodoh?, masa bodoh...? atau ada apa-apa.. ?

Itulah, kenapa penulis turun-tangan, membawa bumbu yang enak, dalam blog ini, mengklarifikasikan dengan versi dan hemat penulis, mudah-mudahan masuk akal dan sehat, sehingga bisa diterima akal sehat. 

Kenapa dipakai kata Sumatera (pakai huruf e) dan bukannya Sumatra (tanpa huruf e), pada logo provinsi Sumatra Barat ?, 

ini lah dia jawaban yang pandai-pandai penulis saja, me agak kan berapa banyak micin, boleh terbanyak, boleh kurang. 

Dulu namanya SOEMATRA BARAT, dan era penggunaan OE-OE tidak lagi ada, sudah berganti pula, sehingga barang lama yang pakai OE-OE tidak dipakai lagi. Sehingga Soematra Barat (pakai oe) diganti jadi Sumatra Barat (oe jadi u). Entahlah... yang jelas penggunaan OE berbunyi U, habis masanya...

Masalah timbul, SOEMATRA BARAT terdiri dari 13 Huruf, setelah oe jadi u, SUMATRA BARAT kurang 1 huruf jadi 12 huruf saja.. tidak bisa... harus tetap 13... makanya ditambahkan huruf "E", untuk mencukupkan menjadi SUMATERA BARAT.

Nah... kenapa dengan angka 13. ?, apa pentingnya angka 13 di Sumatra Barat. ?

Sumatra Barat dan semua warganya, semua adalah orang yang memiliki rasa cinta terhadap negara yang tinggi, sampai pada logo itu pun diselipkan kode-kode yang memiliki makna.

Angka 13 adalah Kode Sumatra Barat di Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia, jadi supaya nanti orang-orang di Sumatra Barat, supaya tidak salah-salah, maka diabadikan lah, angka 13 dengan jumlah huruf Sumatera Barat yang kembali menjadi 13 Huruf.

Kode Sumatra Barat, di Kementrian Dalam Negeri adalah 13.


Nah... akhirnya habis lah bahan penulis sampai di sini, tak tau lagi penulis nak ngetik apa ? (ooh ternyata ngetik, kok ngaku nulis... Aneh).

Sudahlah... zzzzz

Penulis sampaikan saja bentuk logo Provinsi Sumatera Barat yang jadi, yang dibikin menggunakan Guideline di atas. nih dia :

Logo Provinsi Sumatera Barat
Logo Pemerintah Provinsi Sumatra Barat yang Penulis buat menggunakan Guideline di atas. Rancak Bana.



PENULIS YANG BAIK HATI JUGA MEMBERIKAN LINK UNDUHNYA.

  • Untuk pemakaian di Microsoft Word, sebaiknya menggunakan file logo dengan jenis WMF, yaitu Windows Meta File, yang merupakan file Vector yang paling cocok dipakai di MS Word, dan MS-MS yang lain. 

  • Untuk pemakaian di Aplikasi Editing, yang paling cocok adalah menggunakan file dengan jenis EPS, yaitu file vector yang cocok untuk editing, terutama di Adobe Ilustrator, dan CorelDraw (Software Rang Kayo), dan InkScape (untuk orang macam-macam penulis).



Silahkan di unduh, ndak pakai Bayar, karena ini adalah Logo UnOfficial, bukan resmi, kalau mau logo resminya, minta ke Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, karena ini logo mereka.


DAFTAR PUSTAKA.
(Karena tulisan yang bagus itu, selalu menampilkan daftar Pustaka, kalau tidak dianggap tidak lengkap, jadi dengan terpaksa, penulis juga menyertakan Daftar Pustaka di bawah ini.).
Berikut adalah daftar beberapa pustaka yang ada di Sumatera Barat.
1. Pustaka Daerah di Sumatera Barat.
2. Pustaka Kampus di beberapa universitas di Padang.
3. Pustaka Sekolah yang ada hampir di semua SMA dan SMP di seluruh Sumatra Barat.
4. Pustaka Berjalan yang pakai Mobil. silahkan tunggu ditepi jalan, kalau-kalau pustaka ini lewat.


Ha... ha.... ha... (ada juga yang membaca sampai kesini, tersesatlah kalian.... ).

Dan hari sudah subuh... Semoga pagi ini sepulang Penulis sembayang subuh, tidak lagi menjadi waktu senggang. doakan.....






Terima Kasih.


Comments

Popular posts from this blog

Logo POLDA SUMBAR - digambar Ulang ( Bukan Official )

Ukiran Minang | Ukiran Minangkabau

Ukiran Minangkabau | Singo Mandonga' djo Takua' Katjang Goreang